Minggu, 26 Oktober 2008

“KEY SUCCESS FACTORS TO BE ENTREPRENEUR”
Bagi setiap orang, kata “sukses” adalah suatu hal yang ingin dicapai dan merupakan tujuan hidup masing-masing orang. Hampir semua orang di dunia ini menginginkan agar hidupnya bisa sukses. Semua orang pun juga tahu bahwa sukses bukanlah suatu hal yang dapat dicapai dengan mudah. Perlu kerja keras, ketekunan, dan berbagai macam pengorbanan agar dapat menjadi orang yang sukses. Oleh karena itu, mengapa banyak orang di dunia ini, meskipun mereka sendiri tahu betapa enaknya sukses itu, namun mereka tidak dapat mencapainya. Justru hanya sebagian dari miliaran orang di dunia ini yang bisa dikatakan sebagai orang sukses. Kebanyakan orang yang gagal untuk menjadi sukses disebabkan karena orang-orang tersebut mudah menyerah dalam perjalanan karirnya. Justru mereka yang terus berjuanglah yang akhir hidupnya dapat menjadi orang sukses.
 Di dunia ini banyak sekali teori-teori yang diciptakan agar dapat membuat seseorang menjadi sukses. Tetapi kenyataannya, saat teori-teori itu dipraktikkan, banyak orang yang tidak melakukannya dengan benar, sehingga mereka pun akhirnya malah gagal. Karena itulah, kita perlu mengamati dengan jeli apa saja yang dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses. Kitapun juga dapat belajar pengalaman dari orang-orang yang sudah berhasil menjadi orang yang sukses.

 Dalam perjalanan menjadi seorang entrepreneur, saya pun belajar tentang apa saja yang dibutuhkan agar dapat menjadi seorang entrepreneur yang sukses di Universitas Ciputra. Menurut Bapak Ir. Ciputra, selaku owner dari universitas Ciputra, ada tujuh langkah agar kita dapat menjadi seorang entrepreneur yang handal. Ketujuh langkah tersebut adalah:
1. Passion (antusiame dan kecintaan)
2. Independent (Mandiri)
3. Market sensitivity (peka terhadap kondisi pasar)
4. Creative–innovative 
5. Calculated risk taker (memperhitungkan resiko)
6. Persistent (tekun)
7. High ethical standard

 Dengan memahami dan mengikuti ketujuh langkah ini, maka kita pun dapat menjadi seorang entrepreneur yang handal. Oleh karena itu, saya sebagai mahasiswi dari universitas Ciputra banyak belajar bagaimana cara agar menajdi sukses. Salah satunya yaitu dengan mendengarkan sendiri “success story” dari para tamu yang diundang dalam mata kuliah Business Inspiring untuk menceritakan kisah suksesnya.

 Ada empat orang tamu yang pernah diundang dalam mata kuliah Business Inspiring, yaitu:
 Bapak Suwito Sumargono selaku pemilik bengkel GBT
 Mr. Boon K. Yong BSc., MTM, selaku pemilik PT. Furachem
 Bapak Deden Hendra Shakt selaku Branch Franchise Alfamart
 Bapak Petrus Joko Widodo selaku pemilik usaha handicraft & batik

 Para tamu ini membagikan pengalaman mereka dalam memulai bisnis mereka, bagaimana pengorbanan mereka sampai bisa menjadi seperti sekarang ini. Berikut adalah kunci-kunci sukses yang mereka bagikan sehingga bisnis yang mereka dirikan dapat bertahan dan terus berjalan sampai saat ini yang turut mendasari 7 karakter entrepreneur.

  Passion

  Passion merupakan karakter awal terpenting dalam menjadi seorang entrepreneur. Passion yang berarti merupakan antusiasme dan kecintaan terhadap apa yang dikerjakan. Mengapa harus memiliki passion? Sebab dalam melakukan suatu pekerjaan, kalau kita sendiri tidak mencintai pekerjaan yang kita lakukan, maka hasilnya akan percuma, sebab apabila kita mengerjakan sesuatu tidak dengan sepenuh hati, maka percayalah apa yang akan kita kerjakan tidak akan pernah berhasil. Akan sangat berbeda apabila kita mengerjakan pekerjaan itu dengan sepenuh hati.

  Contohnya adalah apa yang dilakukan oleh Pak Suwito Sumargono. Kalau misalnya beliau dulu tidak mencintai pekerjaan yang dilakukan ayahnya, mungkin ia selamanya tidak akan menjadi penerus GBT, atau mungkin kalau pun Pak Suwito menjadi penerus tapi tidak menyukai apa yang dikerjakannya, maka dipastikan bahwa GBT tidak akan mungkin berkembang begitu pesat sampai saat ini. Pak Suwito pun juga bercerita mengenai keenam anak-anaknya yang telah tumbuh dewasa. Beliau nerkali-kali menegaskan bahwa beliau tidak pernah memaksa anak–anaknya untuk bekerja ataupun menekuni bidang yang beliau jalani saat ini. Pak Suwito justru memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk memilih pekerjaan apa yang disenangi dan yang sesuai dengan bakat dan kemauan anak-anaknya. Sebab menurut beliau, akan sngat sia-sia apabila beliau memaksa anak-anaknya untuk menjalani bidang yang beliau geluti saat ini kalau anaknya sendiri ternyata tidak menyukai bidang tersebut. Oleh karena itu, beliau memberikan pilihan kepada anak-anaknya untuk menemukan passion mereka sendiri.

  Begitu juga dengan para pembicara yang lain, mereka sendiri juga pasti mempunyai passion terhadap apa yang mereka kerjakan. Dengan adanya passion, maka kita tidak akan merasa bosan dengan apa yang kita kerjakan. Dengan adanya passion maka kita akan selalu antusias dengan apa yang kita kerjakan. Seperti contohnya kalau kita sedang jatuh cinta terhadap seseorang, maka segala sesuatu yang kita lakukan untuknya pasti dengan sepenuh hati. Namun sebaliknya kalau kita tidak mencintai seseorang tapi dipaksa untuk mencintainya, maka segala sesuatu yang kita lakukan tersebut pasti tidak dengan sepenuh hati. Begitu pula dalam mencapai tujuan kita sebagai seorang entrepreneur yang sukses, bukan dengan dorongan ataupun paksaan dari orang lain, tetapi karena kita memilki passion terhadap apa yang kita kerjakan. Ada kisah lain, yaitu tentang asal mulanya Kebab Turki Baba Rafi. Di awal karirnya sebagai seorang entrepreneur, Hendy Setiono, pemilik Kebab Turki Baba Rafi menyatakan bahwa kebab yang dijualnya sering sekali tidak laku. Akan tetapi, karena hobi beliau adalah makan, maka kebab-kebab yang tidak laku tersebut lantas dimakan sendiri olehnya. Karena itulah, ada baiknya juga apabila kita menyesuaikan passion kita dengan hobi gemar kita lakukan.

   Independent
  Independent berarti kita harus mandiri dalam apa yang kita kerjakan, tidak bergantung kepada orang lain, dalam mengambil keputusan pun juga tidak mudah terpengaruh oleh omongan orang lain tanpa ada fakta-fakta yang mendukung perkataan tersebut. Independent sangat berguna supaya kita dapat berpikir dan bertindak secara mandiri tanpa harus ada pengaruh dari orang lain. Kita harus berusaha dan juga tidak boleh mengandalkan orang lain dalam mengerjakan segala macam hal.

  Seperti pengalaman para tamu-tamu yang sudah mengisi kelas business inspring ini. Mereka bercerita bahwa pada saat mereka memulai karirnya, mereka semua memulai segala sesuatunya dari nol. Mereka bekerja dahulu untuk mengumpulkan modal, lalu setelah itu mereka memulai karir bisnis mereka. Seperti yang dikatakan oleh Mr. Yong. Saat mengambil kuliah sebagai S1, beliau juga bekerja pada posisi yang boleh dikatakan sangat rendah, yaitu sebagai penjaga buku dan pegawai toko. Begitu pula saat beliau hendak mengambil gelar master, selama beberapa tahun sebelum beliau memasuki S2, beliau sendiri juga bekerja. Beliau tidak meminta bantuan dari orang tuanya. Beliau berusaha untuk menjadi orang yang mandiri sampai akhirnya setelah modal yang didapat dari bekerja mencukupi, beliau mulai mendirikan “Furachem”.

  Begitu pula dengan apa yang diceritakan oleh Bapak Petrus Joko Widodo. Beliau saat memulai usaha ekspornya juga memulai dari nol. Hal serupa juga dialami oleh Pak Suwito Sumargono. Meskipun latar belakang pak Suwito adalah anak dari pemilik GBT spooring-balancing, namun bukan berarti beliau bisa seenaknya saja meminta uang dari papanya, ataupun langsung mengisi jabatan sebagai direktur di GBT. Bahkan, tetap bisa dibilang bahwa beliau memulai usahanya dari nol, karena pada saat ketika beliau mulai masuk ke GBT, GBT bukanlah bengkel besar yang sudah dikenal banyak orang. Justru GBT barulah berkembang sepesat ini semenjak Bapak Suwito Sumargono masuk ke GBT dan mencari bermacam-macam inovasi untuk memajukan nama GBT. Beliau juga bekerja dulu dari posisi yang paling bawah, dia tidak bergantung pada ayahnya, tidak mengandalkan apa yang dimiliki oleh ayahnya. Bahkan sebelum bekerja di perusahaan milik ayahnya, beliau juga pernah bekerja di salah satu perusahaan astra. Mereka semua ini bekerja secara mandiri tanpa mengharapkan bantuan dari orang-orang sekitarnya (bahkan orang tua sekalipun). Mereka berusaha agar dapat mencapai orang yang sukses dengan tidak mengandalkan orang lain. Ini merupakan bukti bahwa orang-orang sukses seperti mereka ternyata bukan orang-orang yang mengandalkan kekayaan orang tuannya ataupun orang lain. Mereka menerapkan sikap yang independent terhadap diri sendiri. Menjadi bos atas dirinya sendiri. 

  Oleh karena itu, dengan adanya sikap independent pada diri seorang entrepreneur, maka orang tersebut tidak akan dengan mudah terombang-ambing dan dapat bersikap mandiri dalam mengambil keputusan.

   Market sensitivity
  Seorang entrepreneur harus mempunyai market sensitivity, yang berarti kita harus peka akan kondisi pasar. Dapat memanfaatkan peluang yang ada, bahkan menciptakan peluang yang tidak mudah dilihat oleh mata. Bagi para tamu-tamu ini, untuk mengetahui kondisi pasaran sebelum memulai bisnis memang sangat penting. Sebab, dengan ini kita dapat mempersiapkan langkah-langkah apa yang akan kita ambil, bagaimana menyiasati kondisi pasar, dll. Pada Mr. Yong misalnya, saat hendak membuka PT Furachem, beliau juga mempertimbangkan kondisi pasaran. Negara mana yang pasar bisnisnya bagus, berkualitas, dan dapat memenuhi target. Dan ternyata memang benar Mr. Yong memilih tempat Singapore sebab proses untuk memulai bisnisya tidak serumit di negara-negara lainnya, lagipula Singapore juga termasuk Negara yang maju. Berkat kejeliannya yang peka terhadap kondisi pasar, maka bisnis Mr. Yong pun boleh dikatakan meningkat sehingga beliau pun akhirnya mengembangkan bisnisnya hingga ke negara lain. Dan saat memilih negara untuk melakukan pengembangan produknya, Mr. Yong lagi-lagi tidak asal memilih negara, namun beliau juga melihat kondisi pasar, bagaimana beliau dapat memanfaatkan peluang yang ada, dan akhirnya pilihannya pun jatuh di Indonesia dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan, seperti gaji pegawai yang lebih murah, harga sewa tanah yang jauh lebih murah, dan ada pasar untuk membuka bisnis tersebut di Indonesia.

  Contoh lainnya adalah Bapak Petrus Joko Widodo. Beliau pun dalam melakukan ekspor kerang, juga melihat bagaimana situasi negara-negara yang menjadi tujuan komoditi ekspor produknya. Bagaimana keadaan pasaran di sana, model apa yang lebih digemari oleh konsumen di berbagai negara, dan lain-lain. Seperti yang Bapak Petrus Joko Widodo katakan saat hendak mengirim kerangnya (yang sudah di bentuk menjadi berbagai macam-macam aksesoris seperti kalung, gelang, tas, dan lain-lain) ke Amerika. Menurutnya setelah beliau meninjau kondisi pasaran di Amerika, warga disana sangat menyukai aksesoris yang terbuat dari kerang yang rangkainnya tidak simetris atau bisa dikatakan tidak beraturan. Kalau di Indonesia dijual kerang yang bentuknya asimetris, mungkin masyarakat Indonesia merasa bahwa barang tersebut adalah barang yang jelek dan malah tidak laku. Akan tetapi, kalo di luar negeri sana, mereka sangat menyukainya. Begitu pula pada saat Bapak Petrus hendak mengirim barangnya ke daerah Asia Barat, yakni di daerah Arab. Barang yang dikirim oleh beliau juga tidak akan mungkin memiliki bentuk yang sama dengan barang yang dikirim ke Amerika. Beliau juga mengecek bagaimana kondisi pasaran disana, dan melalui pengecekan tersebut beliau baru tahu bahwa setiap negara memiliki selera yang berbeda. Nah, dari situlah Bapak Petrus Joko Widodo sudah dapat memanfaatkan dan juga menciptakan sebuah peluang. Coba saja kalau pak petrus tidak mengecek kondisi pasaran saat dia mengirim barang ke Amerika, pasti ada kemungkinan barang yang dia kirim tidak sesuai dengan selera pasar dan yang ada bukannya menciptakan sebuah peluang untuk sukses, tetapi justru rugi.  

  Selera masyarakat yang sering berubah-ubah mengakibatkan permintaan akan suatu barang pun juga dapat berubah. Oleh karena itu kita sebagai entrepreneur juga harus memperhatikan kondisi pasar agar kita dapat memanfaatkan peluang yang ada dan bahkan menciptakan peluang baru dengan mendapatkan keuntungan yang besar.

   Creative-Innovative
  Seorang entrepreneur juga harus memiliki sikap creative innovative. Creative innovative berarti kita dapat menciptakan suatu inovasi-inovasi baru dalam mengembangkan bisnis kita, atau kita juga bisa menciptakan sebuah terobosan-terobosan baru yang belum pernah ada sebelumnya. Creative innovative juga berarti kita mempunyai rasa ingin tahu yang besar serta mempunyai daya imajinasi yang tinggi. Menurut pengalaman dari salah satu tamu kita, yaitu pak Suwito Sumargo, beliau berkata bahwa inovasi itu sangat diperlukan untuk memajukan bisnis yang kita punya dan untuk melakukan inovasi tersebut makanya kita pun juga harus kreativ. Seperti yang dilakukan oleh GBT pertama kali saat berdiri. Kalau dulu saat pertama kali berdiri GBT membuka jasa vulkanisir, mungkin saat itu masih belum ada saingan, tapi dengan berjalannya waktu, mungkin sudah ada beberapa saingan yang juga memberikan layanan servis yang sama. Oleh karena itu GBT mencoba menciptakan inovasi baru yaitu dengan memberikan layanan baru berupa balancing. GBT pun juga mendatangkan alat dari jerman yang pada saat itu merupakan suatu pemikiran kreatif dan terobosan baru sebab masih belum ada perusahaan bertipe sejenis yang berani mendatangkan barang dari luar negeri. Memang pada saat pertama kali memulai inovasi baru tidak bisa langsung berjalan dengan mulus, harus ada yang dinamakan pengenalan terhadap pasar dahulu dan itulah yang dilakukan oleh GBT. Setelah membuka jasa balancing yang pada tahun itu masih belum seberapa dikenal, GBT dengan gigih mempromosikannya sehingga akhirnya balancing pun dapat diterima oleh masyarakat. Begitu pula saat GBT mencoba terobosan baru lagi dengan memberikan layanan baru berupa spooring, dll. Oleh karena itu mengapa GBT pun bisa bertahan hingga sekarang.

  Begitu pula dengan apa yang dipikirkan oleh pak Petrus. Beliau pun juga berpikiran kreatif dengan mengubah “sampah” menjadi emas. Pernahkah anda berpikir dahulu bahwa sampah-sampah yang sudah tidak terpakai dapat diolah menjadi sesuatu yang menguntungkan? Dan itulah yang dilakukan oleh beliau. Beliau mengolah kulit-kulit kerang, yang kalau di Indonesia bisa dikatakan sampah, sebab kerang tersebut setelah dimakan dagingnya maka kulitnya pun dibuang begitu saja. Tapi tidak halnya dengan pak Petrus. Dengan cara pikir yang kreatif dan inovatif maka beliau pun mencoba mengubah kerang-kerang tersebut agar menjadi sesuatu yang dapat menguntungkan. Dan memang terbukti, berbekal kekreatifannya untuk menemukan suatu terobosan baru maka beliau mengumpulkan kerang-kerang yang banyak berserakan di pantai-pantai tersebut dan mengolahnya menjadi asesoris-asesoris yang bisa laku di pasaran sebab karena bentuknya yang unik dan malahan produk kerangnya tersebut bisa sampai di eksport ke luar negeri. Coba kalau misalnya pak Petrus tidak berpikiran kreatif serta tidak mencari cara untuk menemukan terobosan baru pada kulit-kulit kerang ini, pasti selamnya kulit kerang ini akan tetap merupakan sampah yang tidak berharga.

  Menurut mereka semua kita harus bisa terus-menerus menciptakan terobosan-terobosan baru. Sebab semakin lama, persaingan antar bisnis pasti akan ketat, apalagi jika kita bersaing dengan perusahaan yang notabene juga mempunyai produk yang sejenis dengan yang kita punya, pasti mau tidak mau kita akan bersaing dengannya. Oleh karena itu mengapa di butuhkan pemikiran yang kreatif untuk menciptakan terobosan yang baru agar dapat tetap survive dan bahkan produk kita dapat terus diingat oleh masyarakat karena keunikannya yang berbeda dengan produk yang lain. Entrepreneur sejati tidak puas dengan apa yang telah dicapai, mereka ingin terus berkembang dan gemar mencari peluang baru.

   Calculated Risk Taker
  Tak lupa juga seorang entrepreneur harus bisa mempelajari calculated risk taker. Calculated risk taker ini artinya dapat menghitung resiko yang ada, berarti dapat menghitung kemungkinan berhasil dan gagal. Seorang entrepreneur sejati berani mulai, berani beda, berani gagal, dan berani rugi. Sebagai entrepreneur memang harus diwajibakan agar mereka dapat mengerti bagaimana menghitung resiko, bagaimana dapat mengambil resiko yang terbaik dari pilihan-pilihan yang buruk. Seperti ini juga yang di alami oleh para tamu-tamu kita. Mereka ketika akan memulai bisnisnya, atau ketika dalam usaha menjalankan bisnisnya mereka juga berusaha memperhitungkan resiko yang ada, menghitung kemungkinan berhasil dan gagal.

  Contohnya saja seperti Mr. Yong saat beliau ingin melakukan expansi ke Negara-negara yang lain, beliau juga memperhitungkan kemungkinan berhasil dan gagalnya apabila dia memasukkan bisnisnya di Negara tersebut. Oleh karena sudah mempertimbangkan resiko yang ada dan kemungkinan berhasilnya yang lebih tinggi maka akhirnya beliau pun memasukkan bisnisnya di Indonesia. Hal serupa juga dialami oleh tamu kita yang lain yaitu pak Deden sebagai branch franchise manager alfamart. Beliau juga pastinya sudah memperhatikan resiko-resiko yang ada saat hendak membuka alfamart. Apakah nanti barangnya akan hilang sebab di curi oleh pengunjung, ataupun oleh penjaganya yang “lupa” bayar setelah mengkonsumsi dan lain-lain. Tapi menurutnya itu semua merupakan resiko yang harus dijalani karena barang-barang itu tidak mungkin kan kalau harus ditaruh di kotak kaca, nanti malah konsumennya yang kesulitan memilih sebab terhalang oleh kaca. Hanya saja jangan sampai gara-gara resiko yang seperti ini menyebabkan alfamart tidak mendapat keuntungan sama sekali.

  Dalam sebuah bisnis pasti ada yang namanya resiko. Resiko memang mutlak diperlukan oleh pebisnis-pebisnis sejati sebab tanpa adanya resiko, bisnis tidak lagi mempunyai seninya. Justru karena adanya resiko maka orang-orang dapat tertarik untuk menjalani bisnis dan orang-orang tersebut merasa tertantang untuk mengambil kemungkinan yang terbaik dari pilihan-pilihan yang buruk. Kita sebagai entrepreneur yang harus kita lakukan bila kita menghadapi resiko ya kita harus bertindak bijak dalam mengambil keputusan. Kita harus menghitung untung ruginya dulu baru setelah itu kita dapat dengan mantap memutuskan apa yang kita pilih.

   Persistent
  Selain kelima hal diatas tadi, entrepreneur sejati juga harus mempunyai sikap yang persistent. Persistent ini bisa diartikan dengan tekun. Berarti orang tersebut harus mempunyai sifat yang tahan uji atau bisa dikatakan tidak mudah patah semangat, gigih, dan mau bekerja keras.

  Seperti yang diceritakan oleh pemilik GBT pak Suwito Sumargo. Pak Suwito ini menceritakan saat dulu pertama kali GBT berdiri, bagaimana mendiang ayah Suwito berusaha keras untuk membesarkan GBT melalui pemberian layanan service mobil. Bagaimana beliau dengan gigih mengenalkan balancing pada masyarakat hingga akhirnya balancing itu sendiri dapat diterima di masyarakat dan tekun mencoba berbagai macam cara untuk menbalance mobil. Sehingga akhirnya GBT pun menjadi terkenal karena dapat mampu membalance mobil dengan tipe apapun. Lalu pada saat krisis ekonomi yang melanda Indonesia misalnya, bagaimana pak Suwito (yang kala itu ayahnya sudah meninggal dan menjadi penerus dari GBT) berjuangan dengan keras untuk dapat survive dari krisis ekonomi. Bagaimana beliau dapat menyiasati kenaikan-kenaikan harga yang begitu tinggi, bagaiman beliau berusaha untuk menggembalikan utang-utang perusahaan yang kala itu mencapai miliaran rupiah, dan bagaimana beliau berjuang agar dapat mempertahankan para karyawan-karyawannya. Akhirnya berkat usahanya yang gigih, tekun, dan mempunyai semangat kerja keras yang tinggi akhirnya GBT pun dapat terlepas dari krisis ekonomi dan bahkan jika sekarang ini dilihat siapa yang dapat mengira kalau GBT yang sesukses ini dulu ternyata pernah berhutang sampai miliaran rupiah. Itu semua tak lepas dari kerja keras pak Suwito yang terus dengan tekun mengajarkan juga kepada pegawai-pegawainya.
  Hal yang sama juga diungkapkan oleh pak Petrus Joko Widodo pengusaha handicraft ini. Beliau pun juga pada mulanya berusaha dengan gigih dan tekun agar bisa menjadi sukses seperti sekarang. Bagaimana beliau juga berusaha dengan gigih mencari para pekerja-pekerja, bagaimana beliau pergi naik kapal kecil dari satu pulau ke pulau yang lain untuk dapat mencari kerang-kerang. Sehingga akhirnya beliau dapat menemukan stock-stock kerang yang banyak. Sama halnya dengan para tamu ini, para entrepreneur-entrepreneur di luaran sana juga pasti mempenyuai persistent sehingga mereka bisa menjadi sukses seperti sekarang ini. Jangan begitu ada masalah yang berat lalu kita cepat menyerah, cepat putus asa sehingga akhirnya apa yang kita kerjakan jadi terhenti oleh karena kita menyerah. Untuk mencapai kesuksesan sesorang harus berusaha dengan tekun,gigih dan tidak patah semangat. Jangan karena kita menghadapi kegagalan maka kita langsung patah semangat dan tidak mau berjuang dengan tekun kembali. “Kegagalan merupakan sebuah kesuksesan yang tertunda”, mungkin motto ini merupakan motto yang sudah sering kita dengarkan. Tetapi, pertanyaannya adalah apakah kita bisa menganggap kegagalan yang kita alami sebagai sebuah sukses yang tertunda sehingga kita bisa berjuang lagi dengan tekun untuk mencapai kesuksesan itu?, atau dengan mengalami kegagalan kita langsung menyerah dan menyalahkan kondisi yang ada? Lihat saja contohya pada jaman dahulu bagaimana seorang Thomas Alfa Edison berusaha membuat lampu sebagai terobosan baru untuk penerangan, dan bagaimana usahanya dalam membuat lampu tersebut agar tetap menyala? Bukankah Edison sendiri juga mengalami banyak kegagalan? Tetapi meskipun mengalami banyak kegagalan, Edison tetap tidak menyerah. Dia tetap berusaha dengan tekun dan gigih untuk menggapai impiannya, dia terus berusaha dengan tekun sampai akhirnya dari ketekunannya itulah orang-orang dapat melihat suatu terobosan yang luar biasa, terobosan yang dapat mengubah kehidupan orang-orang dan memberikan pengaruh yang luar biasa hingga sekarang. Bahkan menurut catatan penelitian Edison ada yang menyimpulkan Edison melakukan percobaan sekitar 3000 kali agar dapat menemukan lampu. Coba bayangkan saja jika dalam percobaan yang ke 2999 kali, Edison sudah menyerah dan tidak mau berusaha dengan tekun. Pasti sampai sekarang kita tidak akan menikmati apa yang dinamakan lampu.

  Begitu juga dengan Bapak Ir. Ciputra yang berusaha dengan keras dan gigih dalam mengembangkan bisnisnya sehingga dapat menjadi seperti sekarang ini. Oleh karena itu mengapa untuk menjadi entrepreneur yang sukses kita juga memerlukan persistent.

  High Ethical Standard
  Meskipun kita semua sudah memiliki 6 kriteria diatas, namun kita tidak dapat disebut sebagai seorang entrepreneur sejati jika kita tidak mempunyai yang namanya High Ethical Standard. Untuk yang terakhir ini sangat diperlukan oleh seorang entrepreneur sejati. “High ethical standard” maksudnya adalah harus memperhatikan dan mempertimbangkan etika dalam mengambil keputusan. Etika ini sangat diperlukan sebagai seorang entrepreneur sebab tanpa adanya etika maka entrepreneur tersebut sama saja dengan perusahaan-perusahaan diluaran sana yang membodohi para konsumen. Apabila kita memiliki etika yang baik, maka para pelanggan atau para customer kita juga akan merasa nyaman.

  Seperti yang diungkapkan oleh Pak Deden, beliau ketika sudah membangun alfamart pun juga mendidik para pekerjanya agar mempunyai etika terhadap para konsumennya, bagaimana melayani konsumen yang baik, dan tidak merugikan konsumen. Begitu juga dengan yang dilakukan oleh Mr. Yong. Beliau dalam melakukan bisnisnya juga memperhatikan etika. Sama halnya dengan Pak Suwito yang juga sangat menjaga hal etika dalam berbisnis. Saat menghadapi konsumen pun beliau juga berusaha agar konsumen mendapat untung dari jasa yang disediakan. Memperhatikan etika-etika yang ada agar konsumen merasa nyaman. Atau juga seperti yang dilakukan oleh Pak Petrus. Saat beliau hendak mengekspor kerang-kerangnya keluar negeri beliau pun juga memperhatikan kualitas kerang-kerangnya, tidak mengepak secara asal-asalan ataupun memberi kualitas yang jelek, sebab menurutnya jika dia melakukan hal tersebut, secara lambat laun beliau akan kehilangan kepercayaan dari para pelanggannya. Meskipun dia sendiri bisa saja berkata kepada pelanggannya kalau barang-barang yang jelek itu rusak disebabkan karena pengirimannya yang tidak hati-hati, namun beliau tidak melakukan hal tersebut. 

  Nah, dari sini kita dapat melihat bahwa etika juga sangat penting. Akhir-akhir ini banyak perusahaan-perusahaan yang tidak memperhatikan etika dalam berbisnis. Mereka cenderung ingin mendapat keuntungan yang besar dengan mengesampingkan hukum-hukum dan etika-etika bisnis yang ada. 

 Begitulah yang saya tangkap dan saya pelajari, serta saya coba untuk terapkan dalam kehidupan sehari-hari mengenai kunci-kunci sukses yang membuat beberapa tamu yang telah dihadirkan dalam mata kuliah Business Inspiring menjadi orang yang sukses sampai saat ini. Satu kalimat yang membuat saya benar-benar terkesan adalah “Sesuatu hal memang tidak mudah pada awlnya, akan tetapi pasti akan jauh lebih mudah pada akhirnya.”



1 komentar:

Anonim mengatakan...

terkesan sangat nyata dan realistis, tulisan lama anda ini akademi sekali, saya membacanya enak serta faham.